Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

FAKIR MISKIN DAN ANAK-ANAK TERLANTAR DIPELIHARA OLEH NEGARA: ANTARA IDEALISME DAN REALITA

“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara” Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 Ayat (1) Ketika melihat kutipan salah satu ayat dalam Undang-Undang RI Tahun 1945, saya mulai merenungi makna penulisan kalimat tersebut. Lalu, bagaimana realisasi yang ada di Indonesia saat ini? Saya mulai kembali pada ingatan-ingatan sederhana yang saya temui setiap hari di dalam perjalanan berangkat dan pulang kerja. Pemandangan tentang seorang pengemis perempuan yang selalu meminta belas kasihan para pembeli di alfamart Kebon Kacang. Seorang bapak tua yang setiap hari selalu berkeliling menawarkan buku anak-anak di trotoar jalan dekat Pusat Perbelanjaaan Sarinah. Bapak lanjut usia yang harus terus mendorong gerobak di ruas Jalan Sudirman demi mencari sedikit makan bagi keluarganya ataupun seorang kakek kurus kecil yang hingga malam masih terduduk di trotoar dekat pusat perbelanjaan Grand Indonesia untuk mendapatkan uang dari menjual

INOVASI : SELEKSI ALAM DI ERA GLOBALISASI

Sosial media telah menjadi bagian penting dari kehidupan mayoritas manusia yang ada di muka bumi ini. Setiap hari selalu aja ada waktu bagi mayoritas orang untuk mengecek sosial media yang dimiliki. Tidak terkecuali saya. Malam ini saya sedang mengamati timeline salah satu sosial media saya. Kemudian saya tertarik untuk membuka salah satu profil teman lama saya di sekolah dulu. Saat membuka profil sosial medianya, betapa saya sangat terkejut ternyata kini dia telah bermetamorfosis menjadi seorang yang sangat hebat. Dia telah menjadi CEO dari startup bisnis yang ia kembangkan. Kemudian dia juga telah menjadi pembicara pada berbagai kesempatan seminar dan workshop dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, pemerintah daerah, bahkan kementerian Indonesia. Menariknya, startup yang didirikannya telah menjalin kerjasama dengan perusahan internasional seperti Microsoft dan lembaga internasional PBB. Saya hanya bisa berdecak kagum melihat kehebatannya. Sekilas, saya kembali p

Kisah Sang Supir Kopaja dan Seorang Kernet Dadakan

Selasa, 5 Januari 2015 Pagi ini saya berangkat ke kantor seperti biasa dengan menggunakan kopaja jurusan Blok M-Tanah Abang. Beberapa saat saya telah duduk di dalam kopaja, saya mulai bingung karena tidak ada kernet yang menarik uang bayaran. Kemudian saya melihat ada seorang perempuan yang menyerahkan dua lembar uang dua ribuan kepada sang supir kopaja. Akhirnya saya mengikuti langkah perempuan tersebut untuk menyerahkan uang bayaran kepada sang supir. Sesaat kemudian, saya mulai berpikir apabila kopaja ini mulai ramai, bukankah akan semakin sulit bagi para penumpang untuk membayar dan juga sulit untuk supir memeriksa apakah semua penumpang telah membayar. Bisa saja ada penumpang yang berbohong dan dapat menikmati fsilitas kopaja tanpa membayar. Ah, semoga saja tidak ada masyarakat yang seperti itu. Kasihan sekali negara ini jika semua masyarakat dari kalangan pejabat hingga rakyat biasa sudah memiliki mental korup. Memasuki Jalan Sudirman, kondisi kopaja sudah penuh