Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

MUDIK

Bagi saya, mudik merupakan suatu budaya khas Indonesia. Tradisi pulang ke daerah masing-masing yang hanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia tiap tahun, dan biasanya untuk menyambut momen Lebaran. Meskipun tak beragama Muslim pun, orang-orang tetap melakukan tradisi ini, dengan satu tujuan besar, kerinduan akan kampung halaman. Biasanya mudik banyak dilakukan oleh masyarakat yang sedang merantau ke kota-kota besar untuk mencari penghidupan yang lebih layak ataupun menuntut ilmu dengan kembali ke daerah masing-masing saat momen-momen libur Lebaran. Keterbatasan waktu dan finansial seringkali menjadi penyebab jarangnya intensitas orang kembali ke daerahnya . Sehingga mereka sangat memanfaatkan momen-momen libur panjang, seperti Lebaran, untuk dapat melepas rindu pada keluarga dan sanak saudara di kampung halaman.  Seringkali, tradisi mudik ini juga membawa beberapa dampak yang kurang baik, seperti adanya kemacetan pada jalan-jalan utama antarkota dan antarprovinsi, contohny

JIKA CINTA TAK MEMANDANG AGAMA,

Jika cinta tak memandang agama, tak perlu ada pertentangan pendapat antara orang tua dan anak Jika cinta tak memandang agama, tak perlu dapat penolakan dari KUA saat dua orang berbeda menginginkan pernikahan Atau bahkan mereka tak perlu membayar mahal untuk dapat dinikahkan Toh bukankah memilih pasangan adalah hak setiap individu dan menikah dengan orang yang dicintai adalah hak setiap insan untuk bahagia Lalu, apakah yang salah dengan perbedaan? Bukannya Indonesia adalah negara yang sangat menghargai pluralisme sehingga dia berani membuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika Tapi, kenapa orang-orangnya sangat sensitif dengan hal ini? Perbedaan dianggap sebagai sesuatu yang tabu Khalayak akan menentang, bahkan mengucilkan ketika dua orang berbeda bersatu Dimanakah letaknya HAM? Tuhankah mereka sehingga dapat menghukum cinta yang berbeda adalah salah Jika agama yang menyatakan ini salah Bukankah penafsir agama selama ini pun manusia Lalu dimana

SIAPAKAH TUHAN YANG BENAR?

Di negeriku, Aku mengenal ada 6 keyakinan yang dianut masyarakatnya Ada Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu Semuanya menyembah Tuhannya masing-masing menyebut Tuhannya dengan panggilan sesuai keyakinan agamanya Tapi siapakah sebenarnya Tuhan Apakah memang ada Tuhan masing-masing agama dengan surga dan akhiratnya masing-masing Ataukah sebenarnya hanya ada satu Tuhan namun manusialah yang membuat agama ada dan sebutan yang berbeda untuk masing-masing keyakinannya Aku bukan sedang meragukan keyakinanku Aku juga tak ingin menjadi seorang atheis Aku hanya memiliki tanya besar dalam diriku Siapakah Tuhan yang benar? Tuhannya orang Islamkah? Tuhan orang Kristenkah? Atau Tuhan yang disembah umat Budha, Hindu ataupun Kong Hu Chu? Jika memang Dia satu, Lalu kenapa semua harus terpecah begini Toh bukannya semua agama mengajarkan hal yang sama tentang kasih, kebaikan, ketaataan, berbagi dan semua ajaran yang membawa umatNya pada kebenaran Kenapa

MENIKMATI INDONESIA : MINAHASA UTARA DAN MANADO (BAGIAN 3)

Gambar
17 Juli 2014. Tak terasa aku telah menghabiskan dua hariku disini. Aku cukup menikmati kota ini meskipun aku merasa belum benar-benar mengenal dan memahami setiap sisi kehidupan kota ini. Dan kini aku memiliki kesempatan untuk melihat bagian lain sebuah daerah di Sulawesi Utara. Kami berangkat dari hotel sekitar pukul 10.00 WITA setelah seluruh rombongan peserta daerah telah siap di dalam bus. Bus pengangkut rombongan peserta daerah Mobil pengangkut panitia workshop Dalam perjalanan ke Minahasa Utara, kami mampir ke sebuah area di pinggir jalan dimana berjajar warung yang menjajakan makanan ringan khas Manado. Rupanya banyak peserta yang tetap bersemangat melakukan wisata kuliner meskipun masih jauh dari waktu berbuka karena kebanyakan peserta workshop juga non Muslim. Minahasa Utara Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Manado. Memiliki kontur dataran tinggi namun ada suatu ciri unik bahwa aku menemui banyak pohon kelapa yang tumbuh sub

MENIKMATI INDONESIA : MANADO (BAGIAN 2)

Gambar
15 Juli 2014. Hari keduaku di Manado. Pukul 3.00 WITA aku telah membuka mata untuk menikmati santap sahur di lounge hotel. Setelah aku merasa cukup mengenyangkan perut dengan berbagai makanan lezat, aku kembali ke kamar membawa inspirasi untuk ditulis. Setelah menghabiskan waktu berkutat menyelesaikan satu tulisan, aku tertarik membuka jendela untuk melihat pemandangan dari balik jendela kamarku. Dan ternyata lampu-lampu rumah dan jalanan tampak di kota berbukit ini dengan sebuah background pegunungan yang membentang dari sisi barat hingga timur dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi barat kota. Manado dini hari dari balik kamar 911 Swiss Belt Manado pukul 06.00 WITA dari balik jendela kamar Hari ini aku berniat untuk lebih mengenal kota ini. Turun ke jalan-jalannya, memandang tiap sudut kota dan bangunannya lalu melihat dan berbincang dengan manusianya. Dan ternyata niatku ini tersampaikan saat menjelang siang hari, aku memutuskan untuk pergi sejenak berkelilin

MENIKMATI INDONESIA : MANADO (BAGIAN 1)

Gambar
14 Juli 2014. Salah satu momen paling berkesan dalam hidupku. Terima kasih kepada Tuhan yang memberikanku kesempatan untuk menikmati salah satu karunia ciptaanNya yang Maha Besar. Menikmati suatu perjalanan menggunakan teknologi transportasi modern yang mampu melaju pada ketinggian ribuan kaki di atas permukaan air laut. Menikmati hijaunya tumbuhan yang masih tersisa dari atas yang terbentang berbatasan dengan suatu garis biru yang memisahkannya dengan cakrawala air. Hanya rasa takjub yang terus menggumam dalam hati. Meskipun kadang aku merasa tak mampu menahan rasa paranoidku terhadap ketinggian. Tapi aku tak kehilangan secuil pun perasaan kagum dan gembira. Kerja praktek yang kurasa membosankan awalnya. Kini aku telah menemukan sensasinya. Entah ini salah atau benar karena aku mungkin dapat dianggap sebagai seorang pemakan uang negara. Tapi toh disini aku bukan hanya berjalan-jalan. Biarkanlah mereka berkata apapun tentang perjalananku, ini duniaku dan aku menikmatinya meskipun d

ORANG DI BALIK LAYAR

Dia jarang muncul dalam pentas bahkan tak pernah tampil di permukaan Tapi dia bukan berarti orang yang biasa-biasa saja Dia hebat, tangguh dan kuat Dia yang merencanakan semuanya Bekerja saat sang artis belum tampil dan terus bekerja bahkan di saat acara telah usai Tanpanya pentas tak akan pernah ada Tanpanya, takkan muncul artis-artis hebat Tanpanya, karya seni takkan menjadi suatu keindahan penuh decak kagum Tapi, tak semua mengacuhkannya Saat pentas berjalan mulus, artis yang dapat pujian Naun saat semua gagal, dia yang dicerca dihina dianggap tak berdedikasi Sungguh sial mereka orang di balik layar Bukannya ia tak mampu tampil di permukaan Dia hanya menikmati dunia balik layarnya Menikmati waktu-waktu menyelesaikan bagiannya  Dan itu adalah pilihannya Keamanan dari semua gila hormat, kuasa dan harta

HAK PILIH TERBENTUR BIROKRASI

9 Juli 2014. Akhirnya semua telah berakhir. Rakyat telah menentukan pilihannya. Berharap semoga amanah rakyat yang benar-benar mendambakan pemimpin yang mampu membawa mereka pada kesejahteraan yang lebih baik tidak diselewengkan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab. Kini kita hanya menanti siapa yang benar menjadi pemimpin. Satu pihak mengklaim kemenangan dirinya. Pihak lain juga merasa dialah presidennya. Bodoh amat dengan suara simpang siur di berbagai media massa dan elektronik, toh lembaga berwenang belum menentukan hasil. Saya juga memiliki pilihan tentang pemimpin idaman bagi negeri  ini. Semenjak berbulan-bulan yang lalu, berbagai perkembangan berita dan debat kedua calon tak luput dari perhatian. Meskipun kadang cukup jenuh melihat bagian fanatisme pendukung kedua pihak dengan berbagai kampanye hitam dan negatif. Tapi biar itu menjadi urusan mereka dengan Tuhannya saja. Memang sekarang zaman sudah semakin canggih. Semua dapat dengan mudah di update melalui media sosial. H

Sepi adalah Teman

Di balik tirai jendela ini Sepasang mata coklat memancarkan binarnya Binar sepi seakan ingin menitikkan air mata Kontras dengan pemandangan yang dilihat di kejauhan Hingar binar lampu-lampu mewah gedung tinggi ibukota di bawah gelap angkasa malam Senyumnya tak semanis dan seceria dulu Wajahnya selalu menyimpan sepi dan duka Meskipun sekitar penuh canda tawa Tapi rasa tak mampu berbohong Sepi ini adalah teman sejati Teman menikmati langit malam Kawan berbagi dingin hembusan angin malam Tempat bercerita yang selalu mampu mendengar meskipun tak pernah ada jawabnya Tapi, memang hanya itu yang dibutuhkan saat ini Entah rasa apa yang menggelayut dalam diri Namun sepi ini sungguh nyaman Meski ia pun ingin kembali pada masa canda tawa Akan tapi, tak ada kehangatan yang bisa mengukir senyum manisnya Tak ditemuinya ruang untuk mendengar dan berbagi Mungkin ini yang terbaik baginya saat ini Berteman sepi di kala malam yang mampu membuat logika berpikir dan hati merasa

DIMANA AKU MENCARI?

Aku... Bagian dari debu tanah negeri ini Terik sang surya tak menghalangi ototku bekerja Menggali petak-petak tanah Menabur benih dan merawat setiap hijau pohon yang tumbuh demi menghidupi anak istri Aku... Hanya kuli pangan yang mencari kesejahteraan dari tanah ibu pertiwi Sebab konon kudengar negeriku ini adalah negeri subur indah nan permai dengan jutaan hektar lahan hijau terbentang dari Sabang hingga Merauke Meskipun tak pernah kudapati hasil yang pasti setiap hari Namun aku selalu berdoa kepada Sang Ilahi Sang Pemberi Rezeki yang mengayomi masyarakat kecil ini Aku... yang pada masa orde baru selalu disanjung sebagai pahlawan bangsa Kubawa bangsaku pada kemakmuran swasembada pangan dan masyarakat negeriku dapat mengisi perut masing-masing Tak perlu mengimpor hasil bumi negeri orang Akan tetapi... Kini, di zaman yang katanya era demokrasi Justru hakku bertahan hidup dirampas Lahan sebagai sumber menghidupi anak istri direnggut paksa oleh para raksasa L

PEMBUAT PERATURAN ATAU PEMBUAT(-BUAT) PERATURAN

Kembali memberikan refleksi yang masih berkutat dengan dunia birokrasi. Bukan suatu hobi untuk membahas dunia ini, tapi ya beginilah sekarang adanya saya yang secara sengaja mencemplungkan diri menjajal pengalaman dunia ini. Dan kini saya merasa tergelitik untuk mencurahkan pikiran mengenai pengamatan saya beberapa hari yang lalu. Dua hari yang lalu, di tengah kebosanan melamun padahal baru beberapa jam melewati jam kerja karena pekerjaan yang telah kunjung usai dan tak tahu harus melakukan apa, tiba-tiba atasan meminta saya untuk mengikuti rapat konsultasi rancangan peraturan daerah penertiban pembangunan gedung suatu kabupaten di Sulawesi Selatan. Cukup menarik minat saya. Baru pertama kali punya pengalaman mengikuti rapat dengan anggota legislator daerah. Berharap dapat membuka wawasan. Dan memang iya, wawasan terbuka. Tapi wawasan yang justru kini menimbulkan pertanyaan tentang kerja anggota legislatif. Bukan bermaksud menjelekkan mereka. Karena saya pun tak bisa men" jud