INOVASI : SELEKSI ALAM DI ERA GLOBALISASI



Sosial media telah menjadi bagian penting dari kehidupan mayoritas manusia yang ada di muka bumi ini. Setiap hari selalu aja ada waktu bagi mayoritas orang untuk mengecek sosial media yang dimiliki. Tidak terkecuali saya.

Malam ini saya sedang mengamati timeline salah satu sosial media saya. Kemudian saya tertarik untuk membuka salah satu profil teman lama saya di sekolah dulu. Saat membuka profil sosial medianya, betapa saya sangat terkejut ternyata kini dia telah bermetamorfosis menjadi seorang yang sangat hebat. Dia telah menjadi CEO dari startup bisnis yang ia kembangkan. Kemudian dia juga telah menjadi pembicara pada berbagai kesempatan seminar dan workshop dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, pemerintah daerah, bahkan kementerian Indonesia. Menariknya, startup yang didirikannya telah menjalin kerjasama dengan perusahan internasional seperti Microsoft dan lembaga internasional PBB. Saya hanya bisa berdecak kagum melihat kehebatannya.

Sekilas, saya kembali pada ingatan di masa lalu tentang sosok dirinya. Namun di benak saya yang banyak terlintas adalah sosoknya yang gemar bercanda, jarang serius, dan tidak memiliki prestasi akademik yang baik bahkan termasuk peringkat bawah di kelas. Akan tetapi, bagi saya kini dia telah berubah menjadi generasi muda yang berprestasi dan mampu menciptakan karya-karya yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.

Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa orang hebat lahir dari kekayaan inovasi. Orang yang terus mengasah otak untuk selalu memacu dirinya menghasilkan suatu gagasan baru bagi lingkungan sekitarnya akan mampu tumbuh sebagai generasi-generasi andal di masa mendatang.

Saya menyadari ternyata tidak selalu pendidikan tinggi di kampus bergengsi menjadi jaminan bagi kita untuk menjadi sosok yang hebat. Apalagi bila kita tidak mampu mengasah otak untuk terus berpikir menghasilkan inovasi. Bagi saya, inovasi ini menjadi bukti seleksi alam generasi saya di era modern seperti sekarang. Untuk membuktikan mana sosok yang akan mampu bertahan dan terserap di dunia kerja, atau lebih hebatnya justru hingga mampu menghasilkan lapangan kerja.

Seringkali banyak orang memiliki kepekaan dan mampu mengamati masalah-masalah yang timbul di lingkungan sekitarnya. Namun tidak banyak dari golongan tersebut yang mampu melahirkan solusi inovatif untuk memecahkan masalah tersebut. Pada era sekarang, saya sadar bukan hanya orang peduli yang akan bertahan menghadapi seleksi alam, namun orang yang terus berpikir dan bertindak yang dapat melahirkan perubahan bagi lingkungan sekitarnya bahkan bagi negaranya.

Terakhir, saya menyadari satu hal berharga bahwa melanjutkan pendidikan tinggi bukan jaminan kita akan menjadi sosok hebat apabila tidak diikuti dengan kemampuan berpikir inovatif dan berkarya. Jadi, jangan pernah lelah berjuang untuk mengasah otak untuk berpikir dan berkarya bagi perubahan yang lebih baik!!!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA