YAKIN BERHIJAB?

Tulisan ini saya sampaikan bukan untuk menggurui teman-teman sekalian mengenai kewajiban sebagai wanita Muslim memakai hijab, namun saya yang masih jauh dari sempurna hanya ingin berbagi pengalaman saya saat memutuskan berhijab.

Pada awalnya, saya memandang hijab menjadi batasan bagi penampilan saya. Saya tidak akan bisa lagi menggunakan berbagai pernak-pernik seperti pita rambut atau anting lucu. Selain itu, saya juga tidak bisa sembarangan memilih model baju untuk dikenakan. Terlebih lingkungan keluarga saya memiliki latar belakang keyakinan cukup beragam yang menjadi salah satu alasan saya memilih tidak menggunakan hijab.

Padahal dari awal pernikahan, suami saya sering menanyakan kapan saya akan mulai belajar menggunakan hijab. Namun seringkali saya hanya mengiyakan saja dan meminta menunggu hingga saya benar-benar yakin. Sebab memakai hijab bukan sebuah keputusan main-main bagi saya. Saat saya sudah memutuskan untuk berhijab, maka saya tidak mungkin suatu saat akan melepaskan hijab tersebut.

Namun ternyata, Tuhan memang Maha membolak-balikkan hati kita. Seminggu setelah Lebaran di tahun 2018, saya tiba-tiba merasa tergerak untuk mulai mencoba berhijab. Berawal dari kegelisahan tentang berbagai permasalahan yang saya alami tapi tidak kunjung menemukan titik terang serta kecemasan akan hal-hal yang akan terjadi dalam hidup, saya memcoba bernegosiasi dengan Tuhan. Saya bilang, baik Tuhan saya akan berhijab bisa jadi ini menjadi cara agar Tuhan mengabulkan keinginan saya. Tapi ternyata, kini saya menyadari bahwa hal tersebut bukanlah  proses yang bekerja dan saya tidak kecewa juga karena ada lebih banyak hikmah yang saya dapatkan.

Saya awalnya bertanya kepada dua sahabat, mengapa dia berani mengambil keputusan berhijab dan bagaimana rasanya setelah menggunakan hijab. Lalu dia mencoba menceritakan pengalamannya mengenai keputusan untuk berhijab dan hal-hal yang dirasakan setelah berhijab. Dulu saya selalu berpikir bahwa setiap orang yang berhijab itu karena dia telah menemukan hidayahnya. Tapi saya menemukan perspektif baru bahwa bisa saja mereka memilih berhijab pada awalnya hanya karena keinginan sekadarnya atau bahkan karena paksaaan untuk mentaati aturah di sekolah atau di lingkungan keluarga. Namun dalam proses mereka selama berhijab itulah, hidayah dapat datang kapan saja melalui banyak pembelajaran yang didapatkan sehingga ada proses pendewasaan diri.

Tiba-tiba secara impulsif saya dengan yakin ingin mencoba untuk berhijab. Saya mengajak seorang sahabat untuk menemani mencari hijab dan mulai pada hari Sabtu malam itu saya memutuskan untuk berhijab. Ternyata bukan sebuah proses rumit ketika Tuhan mengintervensi hati kita sehingga memberikan keyakinan untuk mengubah diri.

Meskipun dalam keberjalanan hingga saat ini, saya menyadari bahwa saya juga bukan orang yang bisa dicap cukup agamis dan belum tentu kualitas dan kuantitas ibadah saya lebih baik dari teman-teman sekalian, namun saya bersyukur bahwa hijab ini memberikan banyak pembelajaran dan hal positif bagi saya. Selain itu, segala mindset di awal tentang keterbatasan dalam berpenampilan saya saat memutuskan berhijab ternyata tidak terbukti. Sebab saat ini juga sudah banyak model pakaian yang sangat fashionable bagi perempuan yang berhijab. Apabila hijab dianggap akan membatasi kegiatan, maka hal tersebut juga tidak berlaku karena banyak juga teman-teman yang berhijab dan masih dapat aktif melakukan kegiatan apapun yang bernilai positif.

Namun, disini saya tidak mencoba mempersuasi teman-teman agar memutuskan segera berhijab karena semua kembali pada keyakinan kita masing-masing terhadap keputusan berhijab. Saya ingin menyebarkan semangat untuk teman-teman yang saat ini sangat galau apakah akan memutuskan berhijab atau tidak, maka yakinkan diri terlebih dahulu bahwa keputusan itu memang keinginan kalian dan apabila ada ketakutan mungkin suatu saat kalian akan melepas hijab smaka serahkan saja semua kekhawatiran kalian kepada Tuhan dan percayakan kepadaNya. Jangan biarkan diri dibatasi oleh pemikiran negatif untuk mengubah diri menjadi lebih baik!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA