AKHIR DARI SEBUAH PROSES, AWAL DARI PROSES LAIN
Awal
tahun 2014 kujalani dengan sebuah keputusan besar yang mengubah hidupku.
Semula, aku merasa ragu akankah ini jalan yang harus kupilih dan apakah jalan
ini sesuai dengan hati nuraniku. Ku membawa pergumulan batin ini dalam setiap
doaku.
Aku
merasakan suatu kegelisahan akan suatu wadah yang selama ini menjadi rumahku,
tempatku bernaung 2 tahun ini. Aku merasa sangat mencintai rumah keduaku ini
terlebih dari paguyuban yang selama ini bahkan menjadi keluarga pertamaku di
kampus Ganesha. Hingga aku memutuskan untuk melakukan sesuatu bagi rumah
keduaku ini karena kerinduanku akan perubahan di tempat ini. Kerinduan akan
sosok pemimpin wanita yang aku yakin aku memiliki potensi itu.
Terlebih aku ingat perkataan seorang seniorku bahwa kita sebagai manusia harus bisa membuat suatu momentum besar dalam hidup kita yang mampu mengubah kita. Perkataan itu terus memotivasi dan membakar semangatku untuk terus maju. Hingga akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa memang ini yang harus kulalui untuk membantu aku semakin berproses dalam hidupku. Ibu, sosok yang selalu kuhormati, awalnya menentang keputusanku dan membuat hatiku sempat menciut. Tapi aku berusaha menjelaskan tentang pilihanku ini yang akan sangat berguna di masa depanku hingga akhirnya beliau memberikan restu bagiku untuk melangkah.
Terlebih aku ingat perkataan seorang seniorku bahwa kita sebagai manusia harus bisa membuat suatu momentum besar dalam hidup kita yang mampu mengubah kita. Perkataan itu terus memotivasi dan membakar semangatku untuk terus maju. Hingga akhirnya, Tuhan menunjukkan bahwa memang ini yang harus kulalui untuk membantu aku semakin berproses dalam hidupku. Ibu, sosok yang selalu kuhormati, awalnya menentang keputusanku dan membuat hatiku sempat menciut. Tapi aku berusaha menjelaskan tentang pilihanku ini yang akan sangat berguna di masa depanku hingga akhirnya beliau memberikan restu bagiku untuk melangkah.
Lalu,
aku pun mulai meyakinkan teman-temanku. Orang yang selama ini selalu membantuku
dan mendorongku untuk meyakinkan niat baikku ini. Aku tahu jalan yang kuhadapi
ke depannya bukanlah jalan aspal yang mulus-mulus saja. Jalan itu akan seperti
jalan untuk pertandingan off road yang
berbatu-batu dan penuh tanjakan serta tikungan tajam.Dan satu hal yang paling
penting untuk kumiliki terlebih dahulu adalah keikhlasan hati. Ikhlas menjalani
setiap proses yang kata banyak orang cukup berat dan melelahkan karena aku
harus mengorbankan banyak hal saat aku menjalani proses ini. Yang paling
penting adalah ikhlas untuk menerima setiap hasil akhir dari proses yang akan
kujalani, menang atau kalah.
Selama
beberapa minggu aku menjalani masa-masa menyenangkan dan melelahkan bersama
tim-tim terbaikku. Kami merumuskan segala hal terbaik bagi wadah tempat kami
bernaung ini. Terkadang aku terharu melihat pengorbanan besar mereka untuk
membantuku. Pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan materi telah mereka berikan
sepenuhnya yang aku rasa hingga kini aku pun belum bisa membalasnya. Tapi aku
berjanji suatu hari nanti akan kubalas semua pengorbanan mereka untukku. Aku
selalu melihat dorongan dan niat tulus mereka untuk maju bersamaku.Aku pun tak
ingin mengecewakan mereka dan berusaha memberikan kemampuan terbaikku. Meskipun
aku menyadari selalu ada perbedaan pendapat dari orang lain tentang sosokku,
ada yang suka dan ada yang tidak.Tapi biarkanlah orang berkata atau berpikir
apa tentangku yang terpenting adalah aku melakukan semua dengan ikhlas dan aku
percaya Tuhan menyertai setiap langkahku.
Akhirnya,
proses panjang itu pun berlalu. Aku telah mengetahui hasilnya. Pertama, mungkin
aku merasakan ada kekecewaan dalam diriku atas kekalahan yang kuperoleh. Dan
aku menganggap itu wajar karena memang ada keinginan kuat dariku menjadi
seorang pemimpin. Namun ternyata belum banyak orang yang mempercayaiku untuk
mengemban amanah tersebut. Akan tetapi, aku tidak boleh terlarut dengan
kesedihan dan rasa kecewaku hingga akhirnya aku berusaha untuk berjiwa besar
menerima kekalahanku dan memberikan ucapan selamat kepada temanku. Aku pun
telah berjanji akan membantu teman-temanku ini untuk mendukung keberjalanan
rumah keduaku ini dan aku tidak akan meninggalkan rumah keduaku ini.
Namun,
ternyata hal tersebut tak semudah praktik yang harus kujalani. Saat aku
menjalani proses kemarin, aku menemukan berbagai kenyataan yang ternyata
berbeda dengan cara pandangku selama ini tentang orang-orang yang ada di wadah
tersebut. hal tersebut cukup membuatku kecewa karena mereka tak sebaik yang
kukira. Mungkin aku salah berpikir seperti itu, tapi kenyataan inilah yang
kutemukan. Mereka datang saat merasa memiliki kepentingan dan membutuhkan. Arti
teman sejati hanya benar-benar kutemui di segelintir orang dalam wadah ini.
Rasa kekecewaan baruku ini sempat membuatku bimbang. Aku merasa jenuh ada di rumah keduaku. Tapi aku ingat janjiku dulu dan aku tak mau dikenal sebagai seorang pembual. Itu prinsipku. Hingga saat ini aku pun memutuskan masih terus bertahan disana.Menjadi sama seperti dulu. Meskipun ada rasa cinta yang mulai padam akan rumah keduaku ini. Namun kulakukan semua ini, hanya demi satu alasan utama.Permintaan seorang teman yang membutuhkan bantuanku disini dan aku takkan pernah bisa menolaknya.
Rasa kekecewaan baruku ini sempat membuatku bimbang. Aku merasa jenuh ada di rumah keduaku. Tapi aku ingat janjiku dulu dan aku tak mau dikenal sebagai seorang pembual. Itu prinsipku. Hingga saat ini aku pun memutuskan masih terus bertahan disana.Menjadi sama seperti dulu. Meskipun ada rasa cinta yang mulai padam akan rumah keduaku ini. Namun kulakukan semua ini, hanya demi satu alasan utama.Permintaan seorang teman yang membutuhkan bantuanku disini dan aku takkan pernah bisa menolaknya.
“Aku disini karena teman. Rasa sayangku kepada teman yang membuatku bertahan. Bukan lagi rasa cinta kepada rumah keduaku ini. Entah kapan aku bisa menumbuhkan kembali perasaan cinta untuk rumah keduaku ini. Ataukah perasaan itu masih ada secuil dalam hatiku namun kekecewaanku yang terlampu besar menutupi rasa cintaku itu?”
Komentar
Posting Komentar