JARAK

Jarak menjadi batas kerinduan yang menghampiri pukul 02.48 dini hari
Rasanya aku ingin kantuk segera datang menghampiri
Tapi entah mengapa dia berjalan begitu lambat kali ini
Ah, sial ternyata merindu bukan perkara biasa saja

Terkadang aku begitu egois padamu
hanya karena aku tak bisa menahan perasaan ingin ada di dekatmu
Rasa cemas campur aduk menghantuiku
tatkala kulihat notifikasi tanda bahaya datang di tempatmu
Kau selalu meyakinkanku bahwa ini adalah panggilanmu
tugas yang harus kau emban untuk negara ini
Namun seringkali kuhanya menanggapinya dengan keskeptisanku
Merasa bahwa mereka tak bisa berlaku semena denganmu
Tapi saat kutahu ada yang membutuhkanmu disana
Ku belajar menahan egoku
mengerti bahwa hidup ini tentang berbagi dan menolong
bukan hanya mengejar kebahagiaan kita

Tiga minggu sudah kulalui jalanan Jakarta di pagi dan sore hari tanpamu
Menyelip diantara mobil-mobil pribadi yang lalu lalang sudah jadi keahlianku kini
Mengejar waktu di tengah kemacetan telah jadi makananku sehari-hari
Rutinitas yang membosankan saat semua harus kujalani sendiri
Tak ada lagi percakapan asik di sepanjang perjalanan
Tak ada pula hasrat tuk bersenandung di sepanjang jalan
Terkadang begitu mudah menilai pasangan lain menjalani kehidupan jarak jauh
Tapi ternyata kau takkan pernah mudah melaluinya seorang diri

Tempat tidur yang dulu terasa sempit kini menjadi begitu lapang
bahkan terasa amat lapang
Aku kini hanya gemar menggunakan sepertiga ruangnya untuk tidur menghadap ke dinding
menirukan kebiasaan tidurmu membuat kita terasa dekat
Udara kamar yang dulu terasa panas
bahkan kini menjadi sangat dingin meskipun tak ada pendingin di dalamnya

Ya, ternyata aku tak sekuat itu
Ternyata aku gagal membendung perasaanku
Kupikir akan menyenangkan menikmati masa sendiri saat tak ada dirimu
Namun aku salah besar
Ada hal yang telah berubah saat kita telah menjadi satu ikatan
Tak perlu kukatakan
Kau pun tahu maknanya



Jakarta, 21 September 2018
Pukul 02.57

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA