MENUJU MANUSIA SEPEREMPAT ABAD
Di
balik jendela kereta sore ini
Aku
menatap hamparan bukit kapur, jembatan dan rerumputan hijau terbentang didepanku
Begitu
banyak cerita yang ingin kubagi denganmu
Tapi
sayang tak kudapati dirimu disampingku
Hanya
sekerumunan orang lainyang sekejap
datang dan pergi tanpa aku kenal
Lalu
aku berusaha mengusir sepiku
Dengan
menggali dalam ingatan tentang suatu masa
Saat
kita sedang berbincang hangat ditemani
kopi tubruk Bali Kintamani kesukaanmu dan es kopi susu favoritku
Aku
mulai bertanya dengan pelan padamu
Sayang,
apakah kamu bahagia dengan hidupmu saat ini?
Kulihat
kau dengan yakin mengangguk dan mengatakan ‘iya’
Tampak
jelas kejujuranmu saat kulihat kedua bola matamu yang berbinar menatap lekat
padaku
Kemudian
kau berbalik melemparkan pertanyaan yang sama padaku
Apakah
aku bahagia dengan hidupku?
Mulutku
seakan tertutup rapat sekian detik
Hingga
aku berusaha menjawabmu dengan sebuah senyuman
Bukan
aku tak bahagia
Bukan
pula aku sedang bersedih atau kecewa
Namun,
aku hanya merasa sedang mempertanyakan suatu keadaan yang tak pernah kualami
sebelumnya pada diriku
Di
saat aku merasa ada kepingan puzzle yang hilang dalam diriku dan ingin aku
temukan
Aku
sedang mencari makna dari setiap pikiran yang bercampur dengan gejolak perasaan
tak menentuku saat ini
Aku
seperti kehilangan harapan yang sekian lama telah menuntunku
Aku
seperti kehilangan api yang selama ini telah membakar ambisiku
Aku
seperti sedang berhenti di persimpangan tanpa navigasi yang memberikan petunjuk
kemana langkah selanjutnya yang harus kuambil
Sayang,
kau harus percaya bahwa ini hanya tentang aku yang sedang mencari
Ini
bukan masalah tentang kita
Kau
tahu saat aku melepas tawa menikmati
setiap momen berdua kita
Saat
kita sedang tertidur di ranjang berpelukan sembari melihat hal-hal konyol dari
layar HP
Saat
kita sedang menikmati makan malam di rumah makan favoritmu
Atau
saat kita melaju di atas motor dan berdiskusi tentang betapa tidak idealnya
banyak hal disekitar kita
Ah,
begitu banyak momen yang menarik untuk selalu diingat
Kau
tahu aku benar-benar merasakan bahagiaku denganmu
Namun
ini bukan tentang bahagia kita yang hilang, bukan
Ini
semata hanya tentang aku yang sedang bertanya
Apakah
hal lain yang ingin kudapatkan saat ini?
Apakah
hal lain yang bisa membuatku menemukan terang dan menuntunku pada sebuah
harapan?
Ataukah
memang inilah titik pertama kestabilanku saat ini? Saat aku rasa aku harus
berhenti sejenak
Mencoba
mencerna 24 tahun hidup yang telah kulalui
Melihat
kembali titik awal saat ku melangkah pertama kali
Hingga
di titik saat ini aku berdiri
Duh,
mungkin harus kusudahi segera kontemplasi tak beraturan ini
Hanya
seperti benang kusut yang mencoba untuk
ditata kembali namun sulit untuk kembali seperti semula
Toh,
bukannya semua sudah diskemakan oleh Tuhan sebagaimana mestinya
Tak
perlulah kuragukan apapun yang akan terjadi di depan
Hanya
setitik iman kuyakini bahwa Tuhan selalu bertindak dalam setiap rencana hidupku
Lalu,
aku mulai menyandarkan kepala disisi jendela kereta dan tertidur
Komentar
Posting Komentar