Bersahabat dengan Jakarta

Ini adalah cerita nyata tentang sebuah kota yang tak pernah tidur
Mungkin kau takkan bisa dapatkan dongengmu disini
Siang malam, pagi sore
Kaum-kaum eksekutif terhanyut pada kesibukan yang sama
Menggali pundi-pundi uang untuk dihabiskan di sisa minggu
pada deretan tower-tower pusat perbelanjaan yang berjajar di pusat kota
dengan gemerlap cahaya kuning pijar menerangi

Namun ada satu kisah yang ingin kubagi
Mungkin seringkali kau lihat
Akan tapi masihkah hatimu merasa
bahwa ada perjuangan hidup yang tak pernah berhenti
diantara gemerlap metropolitan ini

Di saat pagi ku mulai bergegas pergi ke kantor
Terjebak dalam kemacetan menjemukan setiap hari
Terhimpit diantara proyek megastruktur yang berjajar di selatan kota
Ada satu pemandangan yang selalu kutemui
Para buruh yang juga telah siap memulai hari
Mempertaruhkan nyawa diantara beton-beton yang tergantung di ketinggian
mengusahakan cara agar tetap dapat berbagi rizki pada keluarga di kampung
Terkadang kelalaian untuk melindungi diri
Membuat hilangnya kesempatan untuk kembali ke rumah yang dinanti

Dari sisi lain pagi ini kulihat
Kakek tua mendorong gerobak kayu
Berharap menemukan tumpukan rongsokan berharga
untuk disulap menjadi lembaran-lembaran Rupiah
agar ia tetap bisa menjalani hidup di hari selanjutnya

Oh, ternyata aku tersadar di dekatku pun ada yang sedang berjuang
Seorang bapak ojek online yang sedang bercerita betapa pandai anaknya
hingga ia memiliki semangat untuk terus mencari nafkah
agar sang anak yang dibanggakan bisa mendapat kursi perguruan tinggi

Latar tlah berubah menjadi siang
Ah, terkadang betapa membosankannya ini
Terjebak dalam kursi empuk di ruangan berAC
berhadapan dengan layar komputer yang tak henti menatapku
seakan ia ingin aku terus mengetik tombol-tombol keyboard
mengeja satu demi satu kata
untuk menghasilkan tumpukan laporan yang entah kemana akhirnya
Duh, menggerutu memang sepertinya menjadi sangat mudah bagi manusia
dibandingkan untuk mengucap syukur
Padahal masih banyak di luar sana orang yang sangat ingin merebut posisiku disini
agar gelar sarjananya juga berguna

Sore datang
Tak sabar rasanya memanggul ransel dan bergegas keluar dari ruangan kantor ini
Aku senang menikmati sore di Jakarta
Terlebih saat aku dapat melihat semburat senja yang muncul diantara dua gedung tinggi
Atau kesenangan lain di saat aku mengamati orang lain di jalanan dengan kesibukannya
Rasanya jalanan menjadi tempat indah untuk melihat dan belajar

Melihat tukang kopi keliling dengan bunyi riuh bel sepeda yang tak henti
sembari berteriak menawarkan kopi pada setiap manusia-manusia yang berjajar di trotoar
di saat sebagian manusia Jakarta telah tergila-gila dengan coffee shop mentereng
yang terkadang bisa digunakan untuk menambah eksistensi di dunia sosial media

Atau melihat sepasang suami istri penjual gorengan ditemani seorang balita mungil
sedang melayani pembeli di lapak mereka
Sebuah kebahagiaan yang didapat dari kesederhanaan
Rasanya damai sekali melihatnya
di saat kita berjuang hidup bersama dengan orang yang dicinta

Aku mulai mencintai hidupku disini
bukan karena segala kemewahan yang ditawarkan oleh Jakarta
bukan pula karena segala kemudahan akses
ataupun pekerjaan-pekerjaan bergengsi dengan gaji OK yang bisa didapatkan
Aku senang bersahabat dengan Jakarta
karena segala pelajaran yang kudapatkan dari sekumpulan manusia disini
Atas makna kesederhanaan dan perjuangan yang mereka bagikan




Komentar

Postingan populer dari blog ini

YAKIN BERHIJAB?

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN KAPITALIS ASING DI ERA MODERN