Arti Sebuah Pengorbanan



Inilah kisah baruku. Pertarungan batin yang harus kuhadapi selama beberapa hari ini. Mencoba meredam ego semata demi keluarga yang kusayangi. Keluarga baru yang kutemukan 2 tahun yang lalu dan teramat spesial dalam hidupku. Selain keluarga biologis yang selalu kumiliku selama hampir 20 tahun hidupku ini.
Aku kini merasakan apa arti pengorbanan yang sesungguhnya. Saat aku tak ingin keluargaku dicaci maki, tak ingin orang lain merendahkannya. Karena mereka tak tahu apa-apa tentang isi keluargaku ini. Aku rela mengorbankan diriku untuk mereka. Bukan karena mereka yang memintaku. Tapi karena inilah keinginanku demi mereka.
Aku tahu saat aku mengambil keputusan untuk melangkah maju. Ini memang bukan passion yang aku pendam dan ingin kucapai selama ini. Dan tak pernah sedikitpun terlintas di pikiranku ataupun citaku untuk menjadi sosok ini. Tapi aku rela demi mereka keluargaku. Demi menjaga nama baik keluargaku ini.
Aku rela orang mencaci makiku menganggap aku bodoh bego dan sebagainya. Ataupun mereka tidak percaya dengan ketulusanku ini. Karena memang ketulusan tak dapat diumbar hanya dengan perkataan. Namun perlu dinyatakan dalam suatu tindakan nyata. Tapi hanya satu motivasi yang membuat aku berani mengambil langkah besar dalam hidupku ini. Keluar dari zona nyamanku selama ini. Hanya demi menjaga nama baik keluargaku.
Aku tahu medan ini akan sangat berat nantinya. Dan aku harus siap dengan segala resiko yang akan kuhadapi di masa mendatang.  Tapi aku mencoba untuk terus memantapkan hati dan penuh keikhlasan berjuang demi sebuah keluarga yang sangat spesial dalam hidupku.
Namun belum mulai waktuku berjuang telah datang saja hambatan dalam hidupku. Restu ibu tak kudapatkan untuk diriku dapat maju melangkah. Bukan karena beliau tidak ingin aku maju dan sukses atau mendapatkan pengalaman baru. Aku tahu beliau hanya menginginkan yang terbaik bagiku. Dan beliau tahu medan yang kuhadapi terlalu berat sehingga aku tak akan sanggup nantinya. Beliau tak ingin aku menjadi lemah dan tertekan dengan apa yang aku hadapi nantinya. Beliau tak ingin pengorbanan ini justru menyakiti diriku sendiri dan membuat aku melupakan kewajibanku kepada orang tuaku untuk memperjuangkan cita-cita yang orang tua inginkan.
Kini, ada dua sosok pilihan yang akan menentukan awal perjuanganku apakah aku akan maju atau aku mundur saja dari titik awal yang ingin kumulai. Mereka berdua begitu penting dalam hidupku dan teramat penting. Meskipun keluarga baruku ini terkadang sering mengecewakanku dan terkesan tak peduli dengan keadaanku. Tapi aku tak pernah bisa membenci atau sakit hati dengan mereka. Aku tetap menyanyangi mereka sekalipun kadang marah dan jenuh dengan tingkah mereka yang menyebalkan
Tuhan, apa yang harus aku pilih sekarang? Gejolak ini terus saja membayangi pikiranku dan membuat aku tak bisa tenang. Apabila nanti aku berani mengambil langkah untuk maju apakah jalanku ini akan tetap Engkau restui meskipun tanpa restu dari ibuku. Dan jikalau aku memilih untuk mundur, aku terlalu takut untuk mengecewakan keluargaku disini. Aku tak ingin mereka menganggapku hanya omong besar saja. Namun aku tak bisa berbag konflik batin ini kepada mereka. Bukan karena aku tak percaya dengan mereka. Aku hanya tak ingin membagi bebanku kepada orang lain karena bebanku ini cukup kutanggung sendiri saja. Biarkan mereka cukup mengurusi apa yang menjadi beban mereka saja. Semoga aku dapat segera menemukan jawaban yang terbaik untuk kegelisahanku ini
Inilah beberapa kata yang sangat menguatkanku dalam menghadapi kegelisahan beberapa hari ini dan membuatku bertahan untuk ada di dekat keluargaku
“Apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Ataukah sesuatu yang priceless, tidak terbeli degan uang, karena kita melakukannya untuk sesuatu yang amat spesial dalam hidup kita? Apakah arti kesempatan? Apakah makna keputusan? Bagaimana mungkin bila terkadang kita menyesal karena sebuah keputusan atas sepucuk kesempatan?” –Tere Liye-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA