PENGADUAN SANG RAKYAT JELATA
Aku bukan elitis
Aku bukan politikus
Bukan provokator yang hebat menarik dan mempengaruhi massa
Bukan pemimpin pergerakan ternama
Aku tak ingin terlalu banyak bicara
Aku hanya merasa selalu ingin mendengar
Mendengar keluh kesah sesama teman rakyat jelata
Aku tak ingin pula terlalu banyak dilihat
Dan tak ingin banyak tampil di muka umum
seperti para pemimpinku kini
Oh, mungkin juga tidak
karna kulihat pemimpinku justru banyak diam
Entah diam karna itu sifatnya
Atau memang dia terlalu dingin untuk mendengar
dan hanya berpaku pada egonya
Aku ada di tempat ini
karna trima kasihku pada negeri
yang telah mendidik dan membesarkanku
karna janjiku pada tetuaku untuk menjaga rumah ini
membuatnya selalu berjaya
bukan lagi bangga atas kejayaan tempo dulu yang telah dibuat para leluhur
Aku sangat berhutang budi pada negeri ini
yang mendidik dan menempaku menjadi seorang pejuang
Pejuang yang ingin mempertahankan kejayaan negerinya
Pejuang yang tak ingin negerinya hancur dan diinjak orang
Jika rakyat tak lagi peduli memikirkan nasib bangsanya
Siapa lagi yang akan memikirkannya
Pemimpinnya masih diam saja
Diam membatu dan sulit mendengar
Penasehatnya bahkan cabut-cabutan
sibuk dengan urusannya
dan aku mulai ragu
masihkah mereka ikhlas memantaskan diri menjadi seorang pemimpin
ataukah mereka menjalani demi sebuah kewajiban
dan tak mau lagi menaruh hati serta peduli pada negerinya
Naas nian nasib negeriku ini
Kepada siapa aku harus berteriak
supaya rakyat negeri ini tahu
negerinya sedang diujung tanduk kehancuran
negerinya tak bertaring seperti kala dulu
Ah, tapi apalah gunanya
Toh mereka saja sudah banyak yang tak peduli dengan negerinya
Memang benar apabila dikata nasihat para tetua
Kami generasi sekarang telah mengalami degradasi etika
Tak lagi punya sopan santun
terlalu angkuh dan tak acuh dengan sekitarnya
Bahkan tak mau mendengar nasihat yang tua
Hanya bisa menjustifikasi
Jika dikata ingin berteriak mengkritik
Aku lelah
Dayaku memang masih ada
tapi emosiku telah di ambang batas mengingatkan pemimpin negeriku
Butuhkah aku datang langsung dan menamparnya
Bodoh jika kulakukan itu !
Mana etikaku sebagai seorang rakyat
Tak ada hormatnya aku pada pemimpinku
Mungkin nasihat ini kubagikan saja bagi generasi di bawahku
Calon pemimpin negeriku kelak
Karna merekalah yang menentukan nasib negeriku selanjutnya
Tapi nuraniku masih meragukan niat ini
Akankah calon pemimpinku kelak masih mau mendengarkan
Aku takut, rakyat jelata ini tak lagi dianggap
Apalagi aku sudah tua renta dan bukan dari kaum elitis terhormat
Kini bimbangku tak menemui ujung jalannya
Mungkinkah kubiarkan saja semua berjalan
dan kubiarkan diri larut dalam ambisi pribadi
Atau kuambil saja beban negeri ini di atas pundakku
Kupikul kembali mewariskan nilai-nilai negeri ini
demi satu tujuan, kejayaan kembali negeriku
Meskipun kutahu sisa umurku di negeri ini
Bisa dihitung dalam sekejap
Aku bukan politikus
Bukan provokator yang hebat menarik dan mempengaruhi massa
Bukan pemimpin pergerakan ternama
Aku tak ingin terlalu banyak bicara
Aku hanya merasa selalu ingin mendengar
Mendengar keluh kesah sesama teman rakyat jelata
Aku tak ingin pula terlalu banyak dilihat
Dan tak ingin banyak tampil di muka umum
seperti para pemimpinku kini
Oh, mungkin juga tidak
karna kulihat pemimpinku justru banyak diam
Entah diam karna itu sifatnya
Atau memang dia terlalu dingin untuk mendengar
dan hanya berpaku pada egonya
Aku ada di tempat ini
karna trima kasihku pada negeri
yang telah mendidik dan membesarkanku
karna janjiku pada tetuaku untuk menjaga rumah ini
membuatnya selalu berjaya
bukan lagi bangga atas kejayaan tempo dulu yang telah dibuat para leluhur
Aku sangat berhutang budi pada negeri ini
yang mendidik dan menempaku menjadi seorang pejuang
Pejuang yang ingin mempertahankan kejayaan negerinya
Pejuang yang tak ingin negerinya hancur dan diinjak orang
Jika rakyat tak lagi peduli memikirkan nasib bangsanya
Siapa lagi yang akan memikirkannya
Pemimpinnya masih diam saja
Diam membatu dan sulit mendengar
Penasehatnya bahkan cabut-cabutan
sibuk dengan urusannya
dan aku mulai ragu
masihkah mereka ikhlas memantaskan diri menjadi seorang pemimpin
ataukah mereka menjalani demi sebuah kewajiban
dan tak mau lagi menaruh hati serta peduli pada negerinya
Naas nian nasib negeriku ini
Kepada siapa aku harus berteriak
supaya rakyat negeri ini tahu
negerinya sedang diujung tanduk kehancuran
negerinya tak bertaring seperti kala dulu
Ah, tapi apalah gunanya
Toh mereka saja sudah banyak yang tak peduli dengan negerinya
Memang benar apabila dikata nasihat para tetua
Kami generasi sekarang telah mengalami degradasi etika
Tak lagi punya sopan santun
terlalu angkuh dan tak acuh dengan sekitarnya
Bahkan tak mau mendengar nasihat yang tua
Hanya bisa menjustifikasi
Jika dikata ingin berteriak mengkritik
Aku lelah
Dayaku memang masih ada
tapi emosiku telah di ambang batas mengingatkan pemimpin negeriku
Butuhkah aku datang langsung dan menamparnya
Bodoh jika kulakukan itu !
Mana etikaku sebagai seorang rakyat
Tak ada hormatnya aku pada pemimpinku
Mungkin nasihat ini kubagikan saja bagi generasi di bawahku
Calon pemimpin negeriku kelak
Karna merekalah yang menentukan nasib negeriku selanjutnya
Tapi nuraniku masih meragukan niat ini
Akankah calon pemimpinku kelak masih mau mendengarkan
Aku takut, rakyat jelata ini tak lagi dianggap
Apalagi aku sudah tua renta dan bukan dari kaum elitis terhormat
Kini bimbangku tak menemui ujung jalannya
Mungkinkah kubiarkan saja semua berjalan
dan kubiarkan diri larut dalam ambisi pribadi
Atau kuambil saja beban negeri ini di atas pundakku
Kupikul kembali mewariskan nilai-nilai negeri ini
demi satu tujuan, kejayaan kembali negeriku
Meskipun kutahu sisa umurku di negeri ini
Bisa dihitung dalam sekejap
Komentar
Posting Komentar