Apakah Aku Aktivis?

Tak terasa telah dua tahun aku menempuh pendidikanku di salah satu kampus terbaik bangsa. Yap, di Kote Kembang inilah aku mencoba peruntunganku untuk menggapai jalan yang lebih dekat menuju cita-citaku. Entah apa yang kupikirkan dulu sehingga aku dapat terdampar menjadi seorang perantau di kota besar ini. Namun inilah jalan yang telah aku pilih dan aku akan melanjutkan semua perjuanganku ini hingga mencapai salah satu tujuan hidupku.
Kini aku telah menjalani 2 tingkatan pendidikanku di Kampus Ganesha dan tak terasa sebentar laagi aku telah mendapat sebutan mahasiswa tingkat 3. Awalnya aku merasa diriku hanyalah seorang mahasiswa kupu-kupu yang tidak pernah tertarik dengan dunia kemahasiswaan dan menjalani kehidupanku sehari-hari hanya berorientasikan keberhasilan studi serta bermain bersama teman-teman dekatku di waktu senggang. Terlebih aku bersyukur mendapat beasiswa di kampus ini sehingga aku tidak ingin kehilangan beasiswa hanya karena nilai akademikku anjlok. Padahal aku telah banyak mengenal teman-temanku berkecimpung banyak dalam dunia kemahasiswaan dengan keaktifan di berbagai unit dan kemahasiswaan terpusat. Namun tak pernah sedikit pun terbesit keinginan dalam hatiku untuk mencoba menjalani kehidupan seperti itu. Bahhkan hingga aku memasuki tingkat 2 dan mulai mengikuti salah satu fase kaderisasi jurusan, aku tak pernah menganggap itu sebagai sebuah hal serius yang harus aku jalani. Dan aku hanya berpikir masuk himpunan untuk mendapatkan jahim dan lebih meningkatkan kualitas pergaulanku agar aku lebih memiliki banyak teman dan koneksi.
Akan tetapi, hidupku mulai berubah sejak berada dala dunia baruku, bergabung menjadi salah satu bagian himpunan mahasiswa ITB yang terkenal akan sikap kritis mahasiswanya dalam melakukan budaya kajian (meskipun saat ini aku merasa budaya tersebut mulai luntur). Dunia ini mengubah cara pandangku tentang segala bentuk aktivitas kemahasiswaan kampus dan memperluas pola pikirku bahwa dunia mahasiswa tidak sesempit yang aku kira semasa tingkat 1. Aku pun mulai tertarik berkecimpung dalam dunia kemahasiswaan entah dalam lingkup jurusan maupun terpusat. Dan salah satu langkah konkret yang kutempuh untuk merealisasikan tujuan belajarku adalah bergabung dengan salah satu bidang di himpunanku, kesenatoran. Banyak teman-teman menganggap orang-orang yang bergabung dalam bidang ini adalah tipe-tipe aktivis kampus. Tapi aku malah meragukan kemampuan diriku sebab skill dan pengalaman berorganisasi yang kumiliki jauh masih di bawah teman-temanku yang telah terlebih dahulu aktif di berbagai kegiatan mahasiswa semenjak tingkat pertama. Namun keinginan untuk belajar dan mencari tahu lebih banyak tentang kemahasiswaan kampus Ganesha membuatku semakin bersemangat bergabung dalam tim kesenatoran. Apalagi aku juga dapat menambah banyak kenalan dari himpunan lain dan berbagi cerita dengan mereka. Sehingga pikiranku semakin terbuka dan memahami berbagai konsep dari sudut pandang mahasiswa jurusan lain.
Tapi, apakah aku telah menjadi aktivis kini? Padahal aku masih merasa cukup pasif dan belum mampu melakukan banyak tindakan nyata. Ataukah aku dapat disebut seorang aktivis dalam kepasifanku. Aku merasa banyak perubahan semenjak aku mulai berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di jurusanku. Aku mulai tak mengenal jam malam. Pulang sesukaku padahal aku tahu mama tidak pernah mengajarkanku hal seperti ini terlebih dalam didikanku sebagai seorang anak perempuan. Aku mulai banyak menghabiskan waktu di kampus berkumpul bersama teman-temanku entah untuk kegiatan yang bermanfaat atau hanya kegiatan santai menghibur tanpa tujuan yang jelas. Dan yag paling utama aku mulai melalaikan kewajiban utamaku untuk meningkatkan akademikku. Prioritasku mulai berganti kini. Aku mulai bosan dengan banyaknya beban akademik yang harus aku tanggung. 
Pernah seorang teman mengujiku dengan sebuah pertanyaan yang cukup membuatku kesulitan menjawabnya. Saat aku harus membagi porsi antara kegiatab akademik dan kegiatan berhimpun, aku menjawab berusaha membuat keduanya imbang 50:50. Namun dia menjawab bahwa hal itu sangat susah dilakukan terlebih saat aku telah berkecimpung terlalu dalam di himpunan pasti akan ada kegiatan yang mendapat porsi yang lebih besar secara tidak sengaja. Awalnya aku meragukan pernyataan itu. Tapi setelah sekian lama aku menjalaninya, memang benar apa yang dikatakannya. Himpunan telah menjadi salah satu prioritas penting bagiku. Mungkin karena ini salah satunya "rumah" yang kumiliki di kampus ini. Berbeda dengan kebanyakan temanku lainnya yang telah memiliki banyak rumah di kampus. Apalagi tingkat 2 merupakan awal ketetarikanku dengan dunia mahasiswa sehingga aku merasa sedang bersemangat menekuninya.
Sekarang aku pun telah memiliki target di masa mendatang untuk lebih berkecimpung dalam dunia kemahasiswaan dengan mengincar suatu tanggung jawab. Awalnya aku semapt ragu apakah benar aku menginginkan menjadi "sosok" ini. Namun aku melihat bahwa kemampuanku sangat ditempa saat aku berperan sebagai "sosok" ini. Meskipun aku menyadari akan lebih banyak hal yang harus aku korbankan untuk memegang tanggung jawab ini. Biarlah saat ini aku fokus pada proses pembelajaran yang harus kujalani pada fase ini dan apabila aku memang layak menjadi "sosok" tersebut maka biarlah semua menjadi urusan di masa mendatang. Yang terpenting bagiku sekarang adalah membuktikan bahwa aku sanggup mengikuti setiap tahapan proses pembelajaranku. Tanpa peduli orang akan memberikan label nama "aktivis" bagiku. Sebab bukan label itu yang ingin aku dapatkan, tapi pengalaman dan pelajaran dari segala hal yang telah kujalani dalam dunia kemahasiswaan di Kampus Ganesha ini.

Valentina Kartika Rahmawati
15411069

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA