PILWALKOT BANDUNG vs POLITISASI MAHASISWA
(Bagaimana dengan mahasiswa ITB?)
Oleh
: Valentina
Solo, 29 Mei 2013
23
Juni 2013 merupakan sebuah momentum besar untuk menentukan masa depan Kota
Bandung lima tahun mendatang. Kota yang dikenal dengan sebutan kota kembang ini
sedang bersiap mengadakan pesta besar. Bukan pesta yang hanya dinikmati
kalangan tertentu. Namun pesta rakyat bagi semua golongan, entah golongan
masyarakat bawah, menengah, ataupun atas. Ya, pesta demokrasi bagi warga
Bandung untuk memilih sosok pemimpin baru untuk mengemban amanah meningkatkan
kesejahteraan warga dan membawa Bandung mencapai visinya sebagai Kota yang
Bermartabat.
Sebuah
berita yang menakjubkan bahwa 8 pasang orang menyatakan keberaniannya
mencalonkan diri sebagai walikota dan wakil walikota Bandung dengan beragam
latar belakang dan visi misiyang dibawa. Semarak kampanye yang dilakukan para
calon telah tersiar hingga ke seluruh pelosok kota untuk menarik perhatian
masyarakat, termasuk mahasiswa, yang berada dalam golongan masyarakat sipil.
Namun mahasiswa memiliki keistimewaan karena dipandang sebagai masyarakat
terpelajar yang besikap kritis terhadap isu-isu yang beredar di sekelilingnya.
Terkadang sikap kritis mahasiswa sangat berpengaruh bagi masyarakat sekitarnya.
Apalagi suara mahasiswa sangat didengar oleh masyarakat sebab mereka sering
dianggap sebagai pejuang hak rakyat atau pembela rakyat. Kesempatan inilah yang
dijadikan peluang bagi oknum-oknum partai politik peserta pemilu untuk menarik
simpati masyarakat luas dengan menggunakan suara mahasiswa sebagai alat
pendukung oknum atau partai tertentu. Beberapa calon mencoba melakukan
pendekatan dengan mahasiswa untuk meminta dukungan dan mahasiswa pun banyak
yang memberikan feedback dukungan.
Hal inilah yang akhirnya memunculkan isu politisasi mahasiswa. Bahkan ada
lembaga-lembaga mahasiswa di kampus yang sudah ditunggangi oleh elite-elite
politik tertentu. Tawaran menarik dari para elite politik mampu memikat hati
para lembaga-lembaga tersebut, seperti bantuan dana sebagai sponsor dalam
acara-acara lembaga tersebut, ataupun hal lebih sedikit idealis adalah
ketertarikan beberapa mahasiswa dengan visi-misi yang diusung calon dan
pencitraan yang cenderung sangat kuat dari beberapa calon meyakinkan mahasiswa
untuk memberikan dukungan.
Sebenarnya apabila ditinjau dari segi
positif, mahasiswa dinilai mampu memberikan penilaian tentang apa yang harus
dipilih dan mengambil keputusan. Hal tersebut merupakan salah satu tindakan
konkrit partisipasi mahasiswa dalam sebuah bagian pesta demokrasi di daerah.
Namun hal tersebut akan menjadi salah besar apabila mahasiswa mencoba
memberikan pengaruh kepada sekelilingnya untuk memihak pada salah satu elite
politik tertentu tanpa adanya pencerdasan yang jelas. Dalam konteks sebagai
mahasiswa ITB, kita sebaiknya lebih selektif terhadap aktivitas yang berbau
politik terkait isu pemilu ini. Jangan sampai kita menyuarakan sesuatu yang
salah di depan masyrakat umum, misalnya apabila seorang oknum tertentu
menyatakan kecenderungan suka pada sepasang calon namun karena oknum tersebut
memiliki jabatan tinggi di kelembagaan terpusat kampus sehingga bagi orang awam
yang menginterpretasikan pernyataan tersebut secara berbeda akan menimbulkan
pro kontra di masyarakat bahwa mahasiswa ITB mendukung salah satu calon. Hal
tersebut akan sangat mempengaruhi kecenderungan masyarakat menggunakan hak
suaranya nanti di pemilu. Terlebih media kampus hendaknya menjadi sebuah
lembaga yang netral terkait isu sensitif berbau politik ini. Jangan sampai
mengeluarkan tulisanyang mengandung banyak opini dan asumsi pribadi. Tapi
biarlah tulisan yang dibaca merupakan sekumpulan fakta yang mampu mencerdaskan
pembacanya dan membuka wawasan.
Lalu,
apabila dilihat dari sudut pandang mahasiswa planologi, apa yang dapat kita
lakukan untuk ikut mencerdaskan masyarakat dalam memilih? Pemilu terkait erat
dengan banyak isu keplanologian sehingga hendaknya mahasiswa planologi memang
memberikan kontribusi lebih bagi pemilu Kota Bandung kali ini. Salah satu
langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah menciptakan sebuah media
pencerdasan bagi masyarakat terkait pemilu walikota Bandung dan mengajak
masyarakat untuk ikut berpartisipasi menggunakan hak suara tanpa ada upaya
untuk membahas calon-calon secara spesifik. Diharapkan melalui media ini masyarakat
mengerti urgensi partisipasi mereka dalam pemilu kali ini dan dapat memilih
sesuai keinginan hati nurani tanpa ada pengaruh suara-suara dari oknum
tertentu. Marilah kita sukseskan pemilu walikota Bandung menjadi pemilu yang
bersih, jujur dan adil demi Bandung yang Lebih Bermartabat untuk masa depan!
Komentar
Posting Komentar