MANA YANG PENTING? ANTARA SOSOK, KARAKTER ATAU GAGASAN SEORANG CALON PEMIMPIN



2014. Khalayak ramai menyebutnya sebagai tahun pemilu. Masyarakat sipil yang terpelajar menyebutnya sebagai tahun politik. Entah apapun sebutan orang bagi isu strategis yang sedang berkembang saat ini tentang pemilihan pemimpin negara, itu bukan keresahan pemikiran yang ingin saya ungkapkan. Tulisan ini bukan pula untuk mempengaruhi preferensi siapapun untuk memilih pemimpin idamannya. Saya hanya ingin menyoroti pemimpin yang ideal menurut saya (selama saya masih bisa menjunjung segenggam idealisme pemikiran saya).

Hasil pemikiran ini berawal dari sebuah diskusi ringan dengan seorang analis politik yang saya kenal. Sebuah pertanyaan yang didasari oleh rasa penasaran sekilas terlontar dari mulut saya “Manakah yang lebih penting untuk dilihat? Sosok atau gagasan yang dibawa seorang calon pemimpin?” sebuah pertanyaan yang kemudian membuka diskusi panjang mengenai tren kepemimpinan yang ada di bangsa ini. Karena tak hanya sekedar jawaban singkat yang saya dapatkan, tapi justru menimbulkan pemikiran baru bukan hanya kedua hal tersebut yang menjadi suatu opsi yang dapat dilihat oleh masyarakat awam seperti saya mengenai kriteria calon pemimpin idaman saya. Ada gejolak dalam otak yang membuat saya semakin berpikir keras. Apa itu sosok? Apa itu gagasan atau visi? Apa itu karakter? Lalu berdasar apakah saya harus memilih calon pemimpin saya?

Pertama, saya mencoba mencari makna dari masing-masing kata. Mungkin makna yang tak berdasar karena berdasarkan asumsi saya. Bukan berdasarkan referensi KBBI atau definisi para ahli. Sosok adalah citra yang dibawa oleh seorang calon pemimpin. Bagaimana muncul branding bagi dirinya. Bisa muncul karena pemaknaan dari pihak lain terkait apa yang dilakukan calon pemimpin tersebut. Misalnya, sosok Jokowi sebagai seorang calon presiden yang senang “blusukan”. Kata “blusukan” ini muncul karena branding yang dibuat media terhadap Jokowi. Bukan hal yang disebut sendiri oleh Jokowi. Atau suatu sosok yang timbul secara alami karena berasal dari karakternya. Misal, Prabowo adalah sosok pemimpin yang tegas. Hal tersebut tercermin dalam karakter yang muncul dari dirinya yang dipengaruhi oleh latar belakangnya dari dunia militer.

Kemudian, apa itu karakter. Menurut saya, karakter adalah tampilan diri seorang individu atau peran yang ia bawakan dalam dirinya. Misal, pemimpin yang berwibawa, tegas, ramah atau dekat dengan rakyat dan sebagainya. Kriteria tersebut sesuai dengan preferensi masing-masing individu terhadap pemimpin yang diharapkan. Semua bersifat subjektif. Tidak ada yang salah atau benar karena karakter akan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.

Lalu, berbicara mengenai gagasan/visi, saya teringat sebuah quote “Pemimpin adalah orang yang mampu memprediksikan permasalahan yang ada di masa depan dan mampu memberikan solusi atas masalah tersebut”. Dan gagasan berbicara tentang hal tersebut bagaimana seorang pemimpin mampu melihat kebutuhan orang yang dipimpin lebih jauh ke depan. Namun, bukan dia yang harus bekerja untuk menyediakannya. Dia hanya harus mampu untuk mengkomunikasikan gagasan yang dibawa kepada orang-orang yang ada di bawahnya. Dia bergerak pada tataran visi, bukan pada tataran kebijakan atau bahkan strategi.

Setelah memaknakan masing-masing kata menurut pemikiran saya, lalu muncul pertanyaan baru. Manakah yang lebih penting diantara ketiga hal tersebut. Karena setiap hal dalam hidup ini menurut saya memiliki prioritas dan tidak pernah ada porsi yang sama rata dalam setiap hal. Seperti makna adil yang saya junjung, bukan berbicara tentang memberikan porsi yang merata dan sama dalam setiap hal, namun tentang memberikan porsi yang tepat untuk setiap hal. Karena tak setiap hal akan berjalan dengan baik saat memiliki porsi yang sama.

Akhirnya, saya menemukan jawaban pribadi atas urgensi dari masing-masing aspek calon pemimpin idaman menurut saya. Pertama, saya melihat karakter sang calon pemimpin, lalu gagasan apa yang ia bawa dan terakhir saya mencoba melihat bagaimana sosoknya. Mengapa saya memilih karakter? Karena karakter itu ternyata mampu menceritakan banyak hal kepada kita tentang kehidupan sang calon. Kita dapat melihat track record kehidupan calon pemimpin kita di tengah lingkungan keluarga, karir dan pergaulannya. Bagaimana karakternya dalam memimpin dan menjadi teladan di setiap lingkungan tersebut. Karakter ini jugalah yang memiliki pengaruh untuk membangun sosok seorang calon pemimpin. Kedua, saya mulai melihat gagasan yang ia bawa apakah sesuai dengan kebutuhan saya atau tidak. Namun saya juga berprinsip bahwa sebagus apapun gagasan yang dibawa seorang pemimpin apabila ia tidak dapat merealisasikannya sama saja omong kosong. 

Terakhir, saya baru melihat bagaimana sosoknya sebagai seorang calon pemimpin. Menurut saya, melihat realita Indonesia, yang kebanyakan masih didominasi oleh kaum grass root  bahwa preferensi dalam memilih pemimpin lebih condong pada sosok dan karakter sang calon. Karena itulah bentuk kongkrit yang mampu mereka lihat dari calon pemimpin mereka. Bagaimana sikapnya terhadap rakyat? Dan bagaimana ia menjalin kedekata dengan rakyat. Dan menurut saya, sebenarnya sosok dan karakter merupakan terjemahan dari visi atau gagasan yang dibawa calon pemimpin yang diwujudkan dalam suatu tindakan nyata. Sehingga masyaraat grass root lebih mudah memahami apa yang ingin dibawa calon pemimpin sebagai cerminan atas sosok dan karakter mereka.

Akhir kata, saya ingin menutup untaian pemikiran saya melalui sebuah pemaknaan

“Sebagus apapun gagasan yang dibawa oleh seorang calon pemimpin, apabila dia tidak memiliki karakter seperti seorang pemimpin, sama saja NOL BESAR. Negara ini tidak membutuhkan sosok pemimpin dengan visi yang ideal tapi pemimpin yang mampu mencurahkan gagasan untuk memberikan jawaban atas persoalan rakyatnya”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

YAKIN BERHIJAB?

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEBAGAI BENTUK PENJAJAHAN KAPITALIS ASING DI ERA MODERN