DIMANA AKU MENCARI?

Aku...
Bagian dari debu tanah negeri ini
Terik sang surya tak menghalangi ototku bekerja
Menggali petak-petak tanah
Menabur benih dan merawat setiap hijau pohon yang tumbuh
demi menghidupi anak istri

Aku...
Hanya kuli pangan yang mencari kesejahteraan
dari tanah ibu pertiwi
Sebab konon kudengar negeriku ini
adalah negeri subur indah nan permai
dengan jutaan hektar lahan hijau
terbentang dari Sabang hingga Merauke
Meskipun tak pernah kudapati hasil yang pasti setiap hari
Namun aku selalu berdoa kepada Sang Ilahi
Sang Pemberi Rezeki yang mengayomi masyarakat kecil ini

Aku...
yang pada masa orde baru selalu disanjung sebagai pahlawan bangsa
Kubawa bangsaku pada kemakmuran swasembada pangan
dan masyarakat negeriku dapat mengisi perut masing-masing
Tak perlu mengimpor hasil bumi negeri orang

Akan tetapi...
Kini, di zaman yang katanya era demokrasi
Justru hakku bertahan hidup dirampas
Lahan sebagai sumber menghidupi anak istri
direnggut paksa oleh para raksasa

Lalu dimana aku mencari demokrasi untuk mengaspirasikan suaraku?
Dimana aku mencari keadilan hidup?
Dimana aku mencari tempat bagi keluargaku
untuk berteduh dari panas terik dan dingin malam?
Dimana aku mencari lagi nafkah agar dapurku tetap mengepul?

Hanya dimana dan dimana yang sekarang berkecamuk dalam batin dan pikiran
Aku bersuara, para pemimpin negeriku tak kunjung bergerak
Dan aku justru takut dengan mereka yang mengaku sebagai pengayom masyarakat
Bagai momok yang menghantui pikiran siang malam
karena merekalah yang justru merampas kebahagian hidup sederhanaku

Mungkinkah karna ku hanya butiran kecil debu dan daun kering negeri ini
yang tak mampu memberikan permata dan intan
bagi pundi-pundi kantong pemimpin negeriku
sehingga mereka lebih sayang kepada para raksasa seram itu

Wahai bapak ibu yang duduk di kursi empuk ruangan berAC
yang setiap hari lalu lalang dengan mobil mewah plat merah
Tak ingatkah kau akan pengorbananku berpanas-panas tiap hari
Hanya untuk mencukupi pangan dirimu dan anak cucumu
Dan kini kau campakkan hidup kami yang telah merana
Tak malukah kau masih bersantai duduk di tahtamu itu
Lebih baik lengser sajalah kau dari negeriku
Jika kau biarkan rakyat kecil ini hidup menderita
mencari dimana penantian keadilan
yang tak kunjung tiba


Untuk pahlawan bangsaku, engkau para petani Karawang, 
yang telah berjasa mengisi perut-perut rakyat negeri ini
Kiranya Tuhan selalu menyertai setiap langkah perjuanganmu 
hingga kau temukan keadilan di negeri kelahiranmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA