MENIKMATI INDONESIA : MINAHASA UTARA DAN MANADO (BAGIAN 3)

17 Juli 2014. Tak terasa aku telah menghabiskan dua hariku disini. Aku cukup menikmati kota ini meskipun aku merasa belum benar-benar mengenal dan memahami setiap sisi kehidupan kota ini. Dan kini aku memiliki kesempatan untuk melihat bagian lain sebuah daerah di Sulawesi Utara. Kami berangkat dari hotel sekitar pukul 10.00 WITA setelah seluruh rombongan peserta daerah telah siap di dalam bus.
Bus pengangkut rombongan peserta daerah

Mobil pengangkut panitia workshop


Dalam perjalanan ke Minahasa Utara, kami mampir ke sebuah area di pinggir jalan dimana berjajar warung yang menjajakan makanan ringan khas Manado. Rupanya banyak peserta yang tetap bersemangat melakukan wisata kuliner meskipun masih jauh dari waktu berbuka karena kebanyakan peserta workshop juga non Muslim.








Minahasa Utara

Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Manado. Memiliki kontur dataran tinggi namun ada suatu ciri unik bahwa aku menemui banyak pohon kelapa yang tumbuh subur di dataran ini. Kata bapak supir mobil yang mengantarkan kami, tanah di daerah ini sangat subur sehingga tanaman kelapa dapat beradaptasi di daerah ini. Aku juga menyadari bahwa rumah-rumah disini masih cukup jarang. Banyak areal luas yang digunakan untuk perkebunan. Bahkan aku semakin terkagum saat melintasi akses jalan khusus yang menuju ke kantor Bupati Minahasa Utara panjangnya hampir mencapai 3 sampai 4 kilometer.

Perkebunan kelapa yang tumbuh subur di dataran tinggi Minahasa Utara


Akses jalan menuju Kantor Bupati Minahasa Utara

Akses jalan menuju Kantor Bupati Minahasa Utara
Hal unik lain yang kutemui adalah atap-atap di daerah Minahasa Utara mayoritas memiliki warna biru langit. Kata bapak supir lagi, warna tersebut memiliki sejarahnya, tapi sayangnya beliau tidak dapat menjelaskan secara rinci sejarahnya. Selain itu, masih ada keunikan lain yang kutemui. Banyak sekali bangunan gereja di sepanjang pinggir jalan Minahasa Utara. Hampir di setiap selang beberapa rumah selalu ada gereja yang berdiri megah. Bahkan ada beberapa gereja yang berderet dalam suatu wilayah. Tak pernah kusangka sebanyak ini umat Kristen yang ada di wilayah Minahasa Utara dan juga Manado. Hal yang cukup membuatku senang melihatnya. Namun aku lebih bangga saat melihat toleransi antarumat beragama yang tinggi disini.

Tak hanya itu, rupanya daerah ini juga bersemangat mengikuti euforia Piala Dunia 2014. Aku melihat di pinggir-pinggir jalan banyak terpancang bambu-bambu tinggi dan diatasnya terikat bendera kebangsaan dari para peserta piala dunia, terutama untuk negara yang berhasil masuk ke final, seperti Jerman dan Argentina.

Euforia Piala Dunia 2014 dengan memasang bendera Negara Jerman di Minahasa Utara

Manado

Meskipun aku telah membuat 2 tulisan khusus tentang Manado, ternyata ceritaku tak pernah habis sampai disitu. Aku masih menyimpan begitu banyak pengalaman dan kesan tentang kota ekowisata pesisir ini. Dan akan kutuangkan semua dalam tulisan di bawah.

Dua hari yang lalu, aku telah menjelajah sisi pusat kota dan keramaian Manado serta keindahan alam bawah laut Bunaken. Kini aku beralih menjelajah sisi utara Kota Manado yang berbatasan langsung dengan Minahasa Utara. Bagian utara Manado lebih diwarnai dengan berbagai pemandangan dataran tinggi, gunung, perkebunan kelapa serta pertambangan pasir. Aku merasa miris tatkala melewati banyak bukit-bukit yang telah dieksploitasi materialnya, alat berat yang senantiasa bekerja mengeruk tubuh bukit untuk diambil pasirnya dan truk-truk yang antri mengangkut pasir untuk dijual ke luar daerah. Padahal di sisi lain masih banyak pemandangan gunung dan tumbuhan hijau yang menjulang tinggi kulihat. Tapi ternyata semuanya akan musnah dengan seiring waktu tatkala sumber daya tersebut terus dieksploitasi untuk keuntungan para kapitalis.

Pemandangan di jalan perbatasan Manado dan Minahasa Utara

Jalan perbatasan Manado dan Minahasa Utara

Aktivitas penambangan pasir

Perjalanan pun diakhiri dengan kunjungan di sebuah kawasan perumahan megah di pinggir Kota Manado milik Ciputra Group, yang bernama Citraland. Di kawasan perumahan ini, aku menjumpai sebuah monumen yang unik, yaitu Monumen Tuhan Yesus Memberkati, yang berdiri di pinggir tebing dengan posisi setengah miring. Selain itu, kluster-kluster di perumahan ini tergolong mewah dengan kontur jalan yang naik turun serta lebar.






Kenangan yang sangat berkesan selama 3 hari menghabiskan waktu di Manado. Meskipun aku tak mampu mengeksplorasi seluruh sisi budaya dan manusia di Manado, aku tetap mendapatkan banyak pengalaman baru yang tak akan mudah dilupakan. Selamat jalan, Manado. Semoga aku mempunyai kesempatan kedua untuk dapat berkunjung ke kota ini.

Suasana pagi hari terakhir di Manado



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA