MENIKMATI INDONESIA : MANADO (BAGIAN 2)

15 Juli 2014. Hari keduaku di Manado. Pukul 3.00 WITA aku telah membuka mata untuk menikmati santap sahur di lounge hotel. Setelah aku merasa cukup mengenyangkan perut dengan berbagai makanan lezat, aku kembali ke kamar membawa inspirasi untuk ditulis. Setelah menghabiskan waktu berkutat menyelesaikan satu tulisan, aku tertarik membuka jendela untuk melihat pemandangan dari balik jendela kamarku. Dan ternyata lampu-lampu rumah dan jalanan tampak di kota berbukit ini dengan sebuah background pegunungan yang membentang dari sisi barat hingga timur dan berbatasan langsung dengan laut pada sisi barat kota.

Manado dini hari dari balik kamar 911 Swiss Belt

Manado pukul 06.00 WITA dari balik jendela kamar

Hari ini aku berniat untuk lebih mengenal kota ini. Turun ke jalan-jalannya, memandang tiap sudut kota dan bangunannya lalu melihat dan berbincang dengan manusianya. Dan ternyata niatku ini tersampaikan saat menjelang siang hari, aku memutuskan untuk pergi sejenak berkeliling kota setelah mengalami kebosanan maksimal menunggu workshop  dan tak mendapat pekerjaan apapun.

Sekitar pukul 11.00 aku memutuskan keluar hotel berjalan kaki. Sesaat kemudian, rasa penasaran membuatku mencoba menaiki angkutan umum di Manado. Berbekal tekad dan penasaran untuk mengenal kota ini, tanpa smartphone yang memiliki GPS, aku mencoba menikmati perjalananku yang tak tahu akan membawaku kemana nanti. Warna angkot disini biru dan aku tak memahami perbedaannya jadi kuhentikan saja satu angkot dan aku naiki. Ternyata, ada tulisan di atas angkot yang berbeda-beda sesuai dengan jurusan yang diinginkan masyarakat.

Angkutan umum Kota Manado

Kondisi tempat duduk di dalam angkot


Karena tak tahu dengan kondisi sekitar, aku mencoba bertanya pada ibu-ibu penumpang angkot di depanku. Tampak sekali penampilanku bahwa aku adalah orang yang baru menginjakkan kaki disini. Syukur sekali, aku menemui orang baik yang kutanyai pertama kali sehingga beliau dapat menunjukkan beberapa rute jalan-jalan dan tips saat aku berjalan-jalan sendiri di Manado. Ternyata Manado tak seaman yang kukira.

Menghabiskan waktu sekitar satu jam berjalan-jalan di pusat Kota Manado yang ternyata lokasinya tak terlalu jauh dari hotel tempatku menginap.  Suasana siang hari kota ini sangat terik. Lebih terik dibanding Solo, tempat tinggalku, sehingga aku tak tahan berpanas-panasan terlalu lama. Cukup menarik melihat sisi-sisi pusat kota Manado. Bahkan aku melihat sesuatu yang unik. Banyak pedagang penjual HP bekas di sepanjang trotoar pusat kota dengan menggunakan koper yang bagian atasnya dibuka. Fenomena sosial yang sangat menarik dan baru kulihat kali ini.

Trotoar di jalan pusat kota

Landmark pusat kota Manado

Patung Peringatan di pusat kota Manado

Selain melihat berbagai hal-hal baru di tengah keramaian Manado, aku pun merasakan kejenuhan yang sama pada satu masalah yang tampaknya selalu melanda kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan. Masalah yang tiada habisnya dan sampai saat ini aku belum menemukan kota yang telah benar-benar berhasil menyelesaikan problem kemacetan secara efektif. Rasanya sangat lelah melihat masalah kemacetan setiap hari. Entah saat aku berada di Jakarta, Bandung atau bahkan sekarang di Manado. Lalu justru timbul pertanyaan besar dalam diriku. Jika aku mampu menjunjung citra diriku sebagai calon perencana, kontribusi apa yang nantinya dapat kuberikan bagi bangsaku saat aku benar-benar telah menjadi sarjana Perencana Wilayah dan Kota.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA