DOA, PANGGILAN KERINDUAN ATAUKAH RUTINITAS SEMATA?

Tulisan ini terinspirasi dari ibadah saya hari ini. Ibadah dengan nuansa berbeda dan baru pertama saya rasakan. Di saat saya untuk pertama kalinya jauh dari keluarga dan teman untuk beribadah bersama.

Saya bukan orang yang cukup agamis mungkin untuk membuat tulisan seperti ini. Tapi ada kegelisahan yang saya rasakan sehingga ada rasa yang ingin dibagi. Terima kasih sebesar-besarnya untuk Tuhan hari ini yang mengajarkan dan menegur banyak hal pada saya melalui salah seorang umatNya.

Tertantang untuk menulis tentang makna doa. Bukan karena saya merasa diri menjadi seorang wanita kristen solehah yang rajin berdoa. Saya hanya ingin menjawab pertanyaan diri tentang makna doa.

Setiap agama yang saya tahu, pasti mengajarkan umatNya untuk selalu berkomunikasi dengan Sang Penciptanya lewat cara masing-masing. Umat Muslim menjalankan sholat 5 waktu dan pergi ke masjid, umat Kristiani berkomunikasi melalui doa yang ia naikkan setiap hari atau momen saat dan ibadah di gereja, umat Hindu pergi sembahyang ke pura, umat Budha beribadah di vihara, umat Kong Hu Chu pergi beribadah ke klenteng. Itulah contoh cara berkomunikasi tiap umat beragama di negeri saya.

Saya pun mencoba selalu berkomunikasi dengan Tuhan saya setiap hari. Tapi, ada satu hal yang menyentak pikiran saya tiba-tiba. Hal yang benar-benar menyentil saya. Apakah saya benar-benar tulus datang kepadaNya merendahkan diri saya bersujud? Ataukah semua hanya kebiasaan selama belasan tahun menjadi umatNya?

Sungguh tiba-tiba hati ini terketuk dan coba sejenak merefleksi diri. Terkadang ada kebimbangan, ketakutan, kekhawatiran ataupun emosi yg tak menentu. Masalah datang dan saya kadang menjadi tak berdaya. Padahal semuanya tak lebih besar dari kekuatan Dia Sang Pencipta. Mungkinkah karena hati saya yang tak lagi memiliki rindu yang sama padaNya seperti mula-mula saya mengenalNya? Ataukah kerinduan ini hanya ada saat saya butuh Dia di saat masalah pelik menimpa saya?

Merasa diri sangat munafik. Merasa menjadi manusia yang mengikuti arus dunia dengan hedonismenya. Oh, semoga saja dapat kembali benar-benar memiliki kerinduan itu setiap saat. Karna akan ada rasa yang hilang saat semua hanya rutinitas dan kini saya tahu jawabnya. Damai.

Lagu inilah yang membantu saya memaknai kembali esensi doa.

Bila kau rasa gelisah di hatimu
Bila kelam kabut tak menentu hidupmu
Ingat masih ada s'orang p'nolong bagimu
Tuhan tak pernah jauh darimu

Bila cobaan menggodai hatimu
Bila sengsara menimpa keadaanmu
Ingat Tuhan takkan pernah jauh darimu
Dia s'lalu pedulikan kamu

Berseru memanggil namaNya
Berdoa Dia kan seg'ra menghampiri dirimu
Percaya Dia tak jauh darimu
Dia hanya sejauh doa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEMAHASISWAAN ITB DI MATA NYOMAN ANJANI: SANG PEMIMPIN PERGERAKAN MAHASISWA ITB

YAKIN BERHIJAB?

PENGORBANAN SELALU MEMBUTUHKAN HARGA