PESTA NEGERIKU
Selama beberapa pekan ini, negeriku sedang merayakan suatu pesta besar. Pesta yang diadakan bagi seluruh rakyatnya, meskipun tak semua rakyatnya pun dapat benar-benar ikut berpartisipasi. Karena ada beberapa persyaratan tertentu yang harus dimiliki orang yang ingin berkontribusi dalam pesta. Aku bersyukur karena aku masuk menjadi salah satu bagian peserta pesta. Oleh karena lingkup pesta yang sangat besar dan meriah, negaraku mengeluarkan begitu banyak anggaran untuk menyiapkan pesta ini. Bahkan dana yang harusnya dapat disalurkan untuk memajukan pendidikan, membangun daerah tertinggal, mengentaskan kemiskinan, membuka lapangan kerja dan berbagai upaya menyejahterakan rakyat negeriku, justru terpotong dan dialihkan untuk anggaran pesta ini. Entah sebegitu pentingkah pesta ini bagi petinggi negeriku sehingga harus mengambil hak-hak rakyatnya.
Berbicara mengenai pesta, mungkin aku selalu terpikir dengan gedung yang mewah, makanan yang banyak dan lezat, gaun para undangan yang indah, llive music yang mengalir sepanjang acara dan berbagai kenikmatan lainnya yang disajikan oleh sang pembuat acara untuk seluruh tamu undangannya. Namun pesta yang diadakan negeriku ini berbeda. Pesta ini bernama PESTA DEMOKRASI.
Kau tak perlu datang ke tempat pesta dengan gaun atau jas terbaikmu, tak ada pula makanan lezat yang dihidangkan ataupun alunan musik merdu yang kau dengarkan disana. Kau hanya perlu datang dengan niat dan kesungguhan hati membawa pilihan terbaikmu. Menggunakan hakmu untuk memilih preferensimu dan kau tahu itu pilihan terbaik bagi masa depanmu kelak. Di tempat pesta, kau pun tak akan mendapatkan hidangan makanan yang lezat, yang kau dapat hanya selembar kertas putih besar dengan beberapa gambar foto. Mungkin foto itu bukanlah foto dengan kualitas terbaik yang mampu dicetak karna apalah arti sebuah foto seorang yang gagah ataupun tersenyum di kertas itu. Hal terpenting adalah sosok pribadi nyata dari foto tersebut. Apakah salah satu diantara mereka merupakan pilihan yang sesuai dengan hati nuranimu.
Aku tak mau hanya berbicara logika untuk memilih padamu. Karena segala sesuatu belum tentu hanya dapat dipikir dengan logikamu saja. Ada hal-hal yang tak dapat disentuh oleh logika namun dapat dijamah lewat rasa. Ya, perasaan yang jauh ada dalam lubuk hatimu. Aku tahu sosok di foto tersebut pasti telah menyediakan berbagai menu hidangan lezat bagi kehidupanmu 5 tahun mendatang. Dan itulah hidangan terbaik yang mampu mereka berikan untukmu. Tapi apakah mereka juga akan mampu meraciknya sebagus iklan dan gambar yang selama ini mereka publikasikan ke khalayak.
Aku hanya ingin melihat sajian terbaik dari para calon pemimpinku yang benar-benar dapat kurasakan. Seperti harapan rakyat negeriku lainnya yang mungkin tak seberuntung diriku. Rakyat yang tidur di antara daun-daun kering dan bau sampah di bawah langit terbuka. Sambil merasakan dinginnya malam menerpa tubuh mereka. Puitis memang. Tapi jika ada empati dalam dirimu, maka sungguh itu realita yang menyesakkan. Ataupun rakyat di pelosok negeri ini yang harus berjalan jauh untuk mendapatkan kesejahteraan pendidikan dan kesehatan.
Wahai, kau bapak-bapak yang ada di baliho-baliho besar di jalan, kau bapak-bapak yang sering muncul di iklan-iklan stasiun televisi, sudahkah mantap hatimu untuk menjadi pelayan negeri ini. Aku tak mau menyebutmu pemimpin jika melayani rakyatmu saja engkau belum becus. Kau justru lebih memilih menghamburkan milyaran uangmu untuk berkampanye. Padahal jika itu digunakan untuk kepentingan rakyat yang kelak akan kau pimpin, uang itu sangat amt tak ternilai bagi mereka. Rupiah-rupiah uangmu dapat kau gunakan dengan lebih bijak untuk menyekolahkan anak-anak terlantar di negerimu, memberi makan bayi-bayi penderita gizi buruk, membuka lapangan kerja bagi para pemuda negerimu sehingga penjara tak semakin sesak karena kondisi terdesak mereka yang beralih menjadi penjahat.
Aku tak menginginkan pesta yang meriah dengan dana yang banyak. Wahai bapak ibu saudara saudari para panitia pesta, pergunakanlah dana yang kau punya dengan bijak. Tak perlulah mengambil dana yang seharusnya menjadi hak kesejahteraan rakyat. Pesta ini hanya berlangsung beberapa bulan, tapi kesejahteraan rakyatmu itulah yang berlangsung terus-menerus dan mungkin sering terabaikan.
Aku tak butuh pidato pesta dari para calon pelayan negeriku yang hanya mengumbar banyak janji. Aku hanya butuh kalian dengarkan keluh kesah rakyat negeri ini dan bertindaklah sesuai keinginan rakyat. Bukankah negeriku ini menjunjung tinggi demokratisme. Apa gunanya rakyat memilih kalian, kalau kalian tak pernah bisa memenuhi kesejahteraan rakyat. Kalau itu adanya, aku pikir demokrasi ini hanya sebuah kedok belaka yang berlangsung beberapa bulan. Setelah kalian naik, maka entahlah demokrasi apalagi yang kalian junjung.
"Wahai para calon pemimpinku, karena kalian adalah bagian dari kami, kamilah yang memilih kalian, karena kami ingin kalian memberikan hal terbaik untuk kami. Jabatan yang kelak kalian emban bukanlah sebuah pencitraan belaka akan sebuah harta, tahta dan kuasa. Itu adalah amanah yang harus kalian pertanggungjawabkan kelak ketika kalian mati."
Komentar
Posting Komentar